Tak terasa sudah hampir 5 tahun aku hidup dan bekerja di Jakarta.
hemm… jadi ingat waktu SMP dulu, malam itu di ruang tamu di rumah ku yg sederhana:
hemm… jadi ingat waktu SMP dulu, malam itu di ruang tamu di rumah ku yg sederhana:
"Pak, besok bangunin jam 5 pagi nggih", pintaku kepada bapak.
"Lah kenapa tho Le" (Le “panggilan bapak kepadaku) tanya bapak padaku.
"Besok mau ujian ogh pak, aku mau belajar dulu pagi2 sebelum berangkat sekolah."
Pagi harinya jam berdentang pukul 6, aku bangun kesiangan, dan saat itu juga aku marah dan kesel sama bapak, "Bapak gimana to, aku ga dibangunin pagi2…!!" (nada agak kesel)
Bapak, “Maap le bapak yo kesiangan bangunnya, bapak capek, badan bapak gak enak rasanya."
Pagi itu juga aku berangkat sekolah tanpa pamitan bapak, karena aku masih merasa kesel, dan bapak pun cuma terdiam duduk di teras sambil memandang keberangkatanku.
Mungkin saat itu aku belum menyadari akan keadaan yg sedang bapak alami, mungkin dia kecapekan krn bekerja dari pagi hari pulang malam hari, tahukah aku semua itu bapak lakukan untuk ku dan keluarga.
Pada tiap pengambilan raport dari SMP hingga SMA pun bapak ga pernah bisa meluangkan waktunya untuk pengambilan raport ku, pernah aku marah dan kesel sama bapak. Kenapa Bapak ga pernah mau ?
Mungkin saat itu bapak terlalu sibuk dengan bekerja dari senin hingga hari minggu pun ga pernah libur, tapi tahukah aku, bahwa sepulang bapakku bekerja dan dengan wajah lelah bapakku selalu menanyakan pada Ibu tentang kabarku dan apa yang aku lakukan seharian?
Setelah lulus SMA, aku sedikit memaksa bapak untuk melanjutkan kuliah. Ketahuilah, walaupun bapak agak berat benaknya untuk biaya kuliahku.. Tapi toh bapak tetap tersenyum dan mendukungku saat pilihanku tidak sesuai dengan keinginan bapak.. Disaat aku butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanku, orang pertama yang mengerutkan kening adalah bapak. Bapak pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Saatnya aku diwisuda dan bapak adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukku. bapak akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putra kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”
Ketika aku menjadi pria dewasa…..
Dan aku harus pergi kerja dikota lain…
Bapak harus melepasku di stasiun Solo Balapan….
Tahukah aku bahwa badanbapak ku terasa kaku untuk memelukku?
Bapak hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhku untuk berhati-hati.
Padahal Bapak ingin sekali menangis seperti Ibu dan memelukku erat-erat.
Dan aku harus pergi kerja dikota lain…
Bapak harus melepasku di stasiun Solo Balapan….
Tahukah aku bahwa badanbapak ku terasa kaku untuk memelukku?
Bapak hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhku untuk berhati-hati.
Padahal Bapak ingin sekali menangis seperti Ibu dan memelukku erat-erat.
Yang Bapak lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakku berkata “Jaga dirimu baik-baik ya Le (begitu panggilan ke aku)”. Bapak melakukan itu semua agar aku KUAT…kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.
HIngga pada suatu ketika hampir 3 tahun aku bekerja di jakarta, malam itu telpon berdering malam hari. Ooo ternyata bulik ku yg telpon.
"Le njar, sedang apa le,, wis makan belum, gimana kabarnya, lakyo sehat2 aja to", begitu sapa bulikku lirih
"Iya sehat2 wae disini, Bulik, lah ada apa kok malam2 telpon".
"nggak ada apa2 kok, kamu bisa pulang nggak besok, bapak mu masuk angin pingin ketemu kamu", kata bulik. (dalam hati aku mikir ternyata sdh 6 bulan ga pulang dan hampir 2 bulan ga telpon bapak) ya udah besok coba bisa nggak, masalahe masih masuk kerja, yo ntar naik kereta malam ke solo.
Besok sorenya aku berangkat ke stasiun Tanah Abang naik kereta ekonomi. Jam masih menunjukkan pukul. 5 sore aku menunggu kedatangan keretanya jam 8 malam. sambil duduk di tangga stasiun aku menunggu kereta sambil baca2 koran.
Tiba2 saja HP berdering, ada telpon dari Om ku katanya suruh pulang cepet, dah sampai mana, hati2 dijalan, katanya.
Telpon berdering lagi dari pakdhe ku, nanyain sdh berangkat belum, ya udah hati2 dijalan, pesenya.
Ada beberapa sms dari keluarga yg lain juga masuk nanyain aku sudah, sampai mna, padahal aku masih nungggu kereta dan masih jam 8 malam berangkatnya.
Hingga ada satu sms dari temenku aku baca dengan bibir gemetar, saat itu juga bagai disambar petir aku kaget, hingga hp ku sampai terlempar, badan ini gemetar, terasa dingin, dan hampa rasanya sunyi senyap, termenung sesaat aku bagai tak sadar diri. Air mata mengalir deras, aku sudah ga tau mau gimana lagi aku bingung, biar orang2 di stasiun melihatku menangis sejadi-jadinya, aku ga peduli..
Hingga ke esokan paginya sampai dirumah, air mata tak terbendung lagi… ibu ku dengan berlinang air mata menyambut kedatanganku, pecahlah suasana haru biru di rumah ini,, ku ciumi jasad bapakku, terasa penyesalan yg sangat dalam dalam hatiku, mengapa aku harus bertemu bapakku setelah 6 bulan dalam keadaan begini,,, aku merasa bersalah,,
"Pak’ e aku wis mulih pak,, pak’e anak mu lanang wis mulih,,," lirih aku bisikin ke telinga bapak dalam tangisku.
"Bapak putra kecilmu dulu yang sering merengek sekarang sudah dewasa…"
"Bapak, putra kecilmu sekarang sedang berjuang untuk membuat Ayah senang…. dan tersenyum bahagia…."
Ayah, Bapak, atau Abah kita…
Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat…
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis…
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanku. Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal..
Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat…
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis…
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanku. Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal..
Doa ku selalu menyertai mu Ayah….
Semoga bahagia di alam sana…
Semoga bahagia di alam sana…
“beloved son”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar